Sabtu, 16 Desember 2017

LAPORAN KUNJUNGAN RRI


A.    Sejarah Radio Republik Indonesia (RRI)
Radio Republik Indonesia (RRI) merupakan stasiun radio milik pemerintah Indonesia yang didirikan pada tanggal 11 September 1945, RRI memiliki slogan “Sekali di udara, tetap di udara”. RRI didirikan oleh beberapa orang pelopor yang sebelumnya aktif di radio jepang, dan terpilihlah Abdulrahman Saleh sebagai ketua RRI yang pertama. Pada awal mula terbentuknya RRI, para tokoh pendiri RRI membentuk 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Tri Prasetya yang ketiga merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran/keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada penyiar RRI pada era Reformasi untuk menjadikan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Dalam sejarah perkembangan kelembagaannya, RRI telah mengalami perubahan kelembagaan dari awal mula didirikannya sampai saat ini. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, RRI terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan Pengawas yang berjumlah 5 orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan RRI. Dewan Pengawas yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih Dewan Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Status sebagai Lembaga Penyiaran Publik juga ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 32/2002. Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik selama hampir 5 tahun sejak tahun 2000, RRI berstatus sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan, RRI telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang independen. Perusahaan Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dari Lembaga Penyiaran Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa reformasi.
RRI memiliki visi yaitu, terwujudnya RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang terpercaya dan mendunia. Hingga saat ini RRI memiliki 62 stasiun yang tersebar di Indonesia dan siaran luar negri “Suara Indonesia”. RRI khususnya RRI Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 3 program siaran yang disebut Pro 1 fokus pada siaran pemberdayaan masyarakat, Pro 2 siaran kreatifitas anak muda, dan Pro 3 siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio. Sedangkan khusus RRI Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta memiliki 5 program siaran, yaitu Pro 1, Pro 2, Pro 3, Pro 4 yang fokus pada siaran kebudayaan Indonesia, dan Channel V sebagai siaran luar negri.



B.     RRI Progama 2 Yogyakarta
RRI Pro 2 adalah program siaran dari RRI yang siarannya fokus pada kreatifitas anak muda, menurut Bapak Erna Rosa selaku kepala seksi Pro 2 FM saat ini fokus siaran Pro 2 adalah mewujudkan agar anak muda mengenal serta peduli terhadap budaya. Disamping itu Bapak Erna Rosa juga memaparkan bahwa RRI memiliki tanggug jawab untuk mewariskan budaya kepada pendegarnya. Progama 2 juga memiliki visi sebagai pusat kreatifitas anak muda, dan memiliki sasaran wilayah pendengar di Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan “Sahabat Kreatif” sebagai sapaan pendengarnya, Pro 2 memiliki klasifikasi presentasi siaran yaitu: berita dan informatif 30%, hiburan 40%, kebudayaan 10%, pendidikan 10%, serta iklan dn penunjang 10%. RRI Pro 2 juga menyiarkan musik indonesia sebesar 70% (144 lagu perhari), indie 10% (16 lagu perhari), serta lagu mancanegara 30% (68 lagu perhari). Hal tersebut tertuang dalam kitab panduan penyiaran RRI Progama 2.
RRI memiliki target bagaimana mendekatkan publik dengan media ini secara emosional dengan cara penyesuaian target audience. Apa yang dibutuhkan oleh publik, RRI mencoba untuk melayani dan memenuhi kebutuhan tersebut.Dalam manajemen strategi nya, RRI telah melakukan perkembangan agar tetap eksis dikalangan pendengar radio mengingat saat ini menjamurnya radio-radio swasta dan komunitas sebagai pesaing RRI. Dalam menyikapi fenomena ini menurut Bapak Erna Rosa, RRI telah memfokuskan target pendengar. Karena pada mulanya RRI tidak memiliki target pendengar yang artinya semua kalangan umur adalah sasaran pendengar RRI. Namun saat ini RRI telah memfokuskan target pendengarnya, salah satunya dengan mendirikan RRI Progama 2 yang memiliki fokus target pendengan anak muda pria dan wanita dengan rentang usia 12-25 tahun.
RRI dalam manajemen strateginya juga mengikuti arus perkembangan zaman yang semakin modern, hal ini bertujuan agar RRI Pro 2 lebih dekat dengan para pendengarnya. Mengingat perkembangan teknologi dan perkembangan radio di Indonesia yang selaras, RRI harus cerdik menyikapi hal ini untuk dapat bertahan. Untuk itu RRI harus bisa bermain di berbagai lini, salah satunya bermain di lini media sosial dan radio streaming/ Langkah yang dilakukan RRI dalam hal ini adalah dengan membuat media sosial di facebook dan twitter, selain itu RRI juga memiliki radio online “RRI Play” yang dapat diunduh pendengar radio di Google Play Store dan App Store.
Selain itu untuk menjaga agar konten yang disiarkan tetap berkualitas, RRI mengadakan rapat evaluasi tahunan yang biasa dilaksanakan di bulan November tiap tahunnya. Dalam rapat ini RRI akan membahas materi terkait program siaran selama 1 tahun, potensi RRI, perombakan program siaran, penambahan program siaran, dan segala hal yang berkaitan dengan program siaran RRI. Menurut Bapak Erna Rosa, pada November 2017 lalu RRI melakukan reformasi agar budaya tidak hanya ditujukan untuk orang tua saja, tetapi anak muda pun dapat menikmati dan mencintai budaya. Disamping itu bapak Erna Rosa juga memberikan sedikit informasi terkait rencana program baru yang dibuat RRI, program ini direncanakan akan diluncurkan pada akhir tahun 2018. Program baru tersebut diberi nama SKS (Siaran anak Sekolah dan Kampus), tujuan diadakannya program siaran SKS ini adalah sebagai wadah bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin mencoba merasakan siaran agar dapat melakukan siaran di RRI. Mengingat begitu banyak antusias pelajar dan mahasiswa dalam bidang radio, maka program baru ini diharapkan sebagai jalan keluar yang dapat mengasah kreatifitas anak muda khususnya di Yogyakarta.

REFERENSI:
1. www,rri.co.id
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Radio_Republik_Indonesia

Rabu, 29 November 2017

TVRI SEBAGAI TELEVISI PEMERSATU BANGSA


TVRI (Televisi Republik Indonesia) merupakan stasiun televisi pertama yang dimiliki oleh Indonesia. TVRI didirikan pada 24 Agustus 1962, dan berstatus milik negara. TVRI sejak berdirinya memiliki slogan yang brubah-ubah, namun sejak tahun 2012 hingga saat in slogan TVRI yaitu ‘Televisi pemersatu bangsa’. Siaran perdana yang ditayangkan oleh TVRI pada saat itu adalah Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-17 dan disiarkan langsung dari Istana Negara Jakarta. TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara. Tujuan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 yaitu untuk melayani informasiuntuk kepentingan publik, bersifat netral, mandiri da tidak komersial. Disamping itu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI yaitu memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melaluipenyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah NKRI.
Pada masa awal berdirinya, TVRI merupakan siaran televisi yang diminati oleh penonton (audience). TVRI memiliki penonton sekitar 82% dari penduduk Indonesia, dan satu-satunya televisi yang jangkauan siarnya mencapai seluruh wilayah Indonesia. Dikarenakan jangkauan siar yang luar serta audience yang banyak, TVRI memiliki modal dan pendapatan yang kuat pada masa itu. Salah satu sektor pemasukan TVRI adalah dari iklan, selain itu pada saat itu biaya operasional TVRI masih dibiayai oleh negara melalui APBN. Dana yang diperoleh TVRI dari iklan sebesar 34% dan mencapai 17-20 miliyar per tahun. Namun pada 5 Januari 1981 Presiden Soeharto melarang pemasangan iklan di televisi, dengan alasan agar media televisi dapat konsentrasi sebagai alat kampanye nasional. Meskipun iklan telah dilarang, namun TVRI masih nenampilkan iklan implisit (terselubung) dalam sejumlah siarannya. Disamping itu pemasukan TVRI selain dari iklan, menurut Arswendo Atmowiloto yang merupakan pengamat televisi dan hiburan memaparkan bahwa TVRI mencari pemasukan dana bukan dari menjual program acara, namun menyewakan studio nya yang paling bagus senilai Rp 300 juta per bulan untuk kuis Who wants to be a millionaire yang ditayangkan di RCTI. (Atmowiloto dalam Tempo, 2003)
Jika kita amati TVRI dalam era modern saat ini, TVRI mengalami penurunan jumlah audience. Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya televisi swasta di Indonesia sejak tahun 1990. Tercatat hingga saat ini Indonesia memiliki 10 stasiun televisi swasta yang melakukan siaran nasional. Jumlah itu belum ditambah dengan stasiun televisi lokal dan komunitas yang juga berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Kebanyakan isi siaran yang disiarkan oleh televisi swasta adalah hiburan seperti sinetron dan reality show, sehingga dianggap lebih menarik oleh audience. Untuk menyikapi persoalan ini, TVRI mulai berbenah di jajaran programnya. Demi mengimbangi televisi swasta, kini program acara TVRI berkembang dengan adanya acara katun anak-anak, informasi seputar selebriti, dan acara lainnya. Selain berkembangnya program siaran, kini TVRI memanfaatkan kemajuan teknologi dan internet dengan membuka akun Twitter dan Facebook dan aplikasi streaming di android. Selain di bidang program acara, TVRI juga melakukan pembenahan baik dibidang SDM (Sumber Daya Manusia), marketing, struktur organisasi, dan keuangan. Hal ini sebagai wujud bahwa TVRI serius dalam menyikapi para pesaingnya, baik dari sesama stasiun televisi maupun dari jenis media lain seperti radio dan internet. Khusus mengenai SDM, TVRI melakukan pembenahan restrukturisasi bertujuan agar dapat mengetahui jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan mengetahui kemampuan masing-masing karyawan yang ada dalam struktur organisasi apakah sudah sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan. Dengan melakukan restrukturisasi tersebut, TVRI dapat mengambil langkah apakah perlu mencari tenaga profesional dari luar atau cukup dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada di TVRI.
Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa masih berdirinya TVRI sejak 1962 hingga saat ini melalui banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu tentunya diharapkan membawa TVRI menjadi saluran televisi menjadi lebih baik, terlebih TVRI merupakan stasiun televisi negri milik pemerintah yang seharusnya menayangkan siaran yang mendidik, informatif, netral, dan bermanfaat bagi audience. Perubahan yang dialami TVRI pun tidak sedikit contohnya perubahan logo, slogan, dan strategi pemasaran. TVRI mampu mengemas semua perubahan tersebut dengan baik sehingga TVRI masih mampu berdiri hingga saat ini walaupun jumlah audience nya tidak sebanyak seperti pada masa belum adanya stasiun televisi swasta. Sebagai warga negara Indonesia dan peonton televisi di negara ini, kita harus lebih menghargai stasiun televisi milik negara. Karena TVRI merupakan satu-satunya stasiun televisi milik pemerintah yang dimiliki Indonesia, serta stasiun televisi tertua yang dimiliki negara ini yang telah merekam berbagi peristiwa. Sangat disayangkan apabila kita hanya melirik stasiun televisi swasta saja, sedangkan kita juga memiliki stasiun televisi negri.


REFERENSI:

https://bit.ly/2zP5MiE
http://bit.ly/2Af6rcr
http://bit.ly/2AGNj8a
http://bit.ly/2zQmGgT

Jumat, 13 Oktober 2017

Strategi Radio Prambors Dalam Mempertahankan Eksistensinya


            Radio di Indonesia bermula secara resmi pada tanggal 11 September 1945. Seiring berkembangnya zaman, radio di Indonesia pun ikut berkembang dan populer dari tahun ke tahun. Sehingga banyak bermunculan stasiun radio baru di Indonesia yang berkembang. Salah satu radio di Indonesia yang cukup populer adalah Prambors. Prambors adalah siaran radio yang ditujukan untuk kawula muda Indonesia, dan didirikan di Jakarta pada tahun 1971. Prambors memiliki jangkauan siar yang luas yakni di 8 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Solo dan Yogyakarta. Pada era modern saat ini televisi dan internet merupakan media pesaing yang cukup ketat bagai radio, salah satunya bagi radio Prambors. Berdasarkan data dari The Nielsen Company (US) terkait presentase pengguna media yakni televisi (96%), internet (40%), dan radio (38%) pada kuartal ketiga tahun 2016. Kontribusi pendengar radio didominasi oleh Millenials (38%), Generasi X (28%), dan Generasi Z (19%). Sedangkan pendengar radio pada generasi Baby Boomers dan Silent Generation relatif sedikit yaitu 13% dan 2% saja. Temuan Nielsen Radio Audio Measurement kuartal ini menujukkan bahwa tingkat penetrasi radio pada konsumen, tertinggi berada di kota Palembang (97%), Makassar (60%), Bandung (54%), Banjarmasin (53%), dan Yogyakarta (51%).
            Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan terkait strategi radio Prambors dalam mempertahankan eksistensinya, radio Prambors mampu bertahan di era modern ini walaupun banyaknya pesaing media lain seperti televisi, internet, dan stasiun radio lain. Hal ini dibuktikan dengan masih berdirinya radio Prambors sampai saat ini dengan jumlah pendengar yang tidak sedikit di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa cara yang dilakukan radio Prambors dalam mempertahankan eksistensinya yakni dengan memfokuskan target pendengar, membuat program siaran unggulan, mengadakan acara offline, mengadakan kuis, menarik perusahaan untuk menanam iklan, dan melakukan inovasi produk. Radio Prambors telah menargetkan remaja dan dewasa dari rentang usia 15-25 tahun sebagai pasar pendengar siaran mereka sejak tahun 1971. Prambors juga sukses dalam membuat program siaran yang diminati para pendengarnya diantaranya yaitu Desta & Gina In The Morning, Prambors Top 40, Jeli (Jelinan Kasih), The Dandees, dan Late Night Hot 20 Countdown. Selain membuat program siaran yang menarik, Prambors juga mengadakan acara offline seperti Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang suskes kala itu. Acara offline ini dibuat dengan tujuan sebagai wadah remaja Indonesia mengasah kemampuannya juga ditujukan sebagai sarana pengenalan radio Prambors untuk masyarakat Indonesia. Selain itu salah satu usaha Prambors dalam mempertahankan pendengarnya yaitu dengan cara mengadakan kuis, kuis yang dikembangkan pun beragam dengan hadiah yang kala itu cukup sensasional.
            Beberapa cara diatas dilakukan radio Prambors untuk mempertahankan pendengarnya dan juga sebagai sarana menarik perusahaan-perusahaan untuk menanam iklan di radio Prambors. Iklan memang salah satu sumber dana terbesar dari radio, tentunya ini akan menunjang operasional radio untuk terus berjaya di media Indonesia. Dari data The Nielsen Company (US) pada bulan Mei dan Juni 2016, spot iklan di radio terbanyak datang dari Unilever Rp 7 miliar, Telkomsel Rp 6 miliar, Tokopedia Rp 5 miliar, dan Alfamidi Rp 3 miliar. Untuk itu radio berlomba-lomba menjaga eksistensinya agar banyak iklan yang masuk, sehingga pemasukan dana di radio terus berjalan. Selain itu radio Prambors kini mulai berinovasi dengan membuat radio streaming atau radio online, ini dibuat untuk memudahkan pendengar yang diluar jangkauan siar radio Prambors agar dapat mengakses radio Prambors dan juga hal ini bertujuan sebagai salah satu strategi radio Prambors dalam mempertahankan eksistensinya.

REFERENSI :



Minggu, 08 Oktober 2017

Media Cetak Vs Media Online


            Pada era globalisasi saat ini kemajuan teknologi sudah sangat pesat, hal ini berpengaruh kepada perkembangan media. Sejarah perkembangan media di Indonesia melalui 5 tahap yaitu tahap pers perjuangan, pers politik, pers orde baru, pers pembangunan, dan pers industri atau bisa disebut pers reformasi. Dari media cetak kini berkembang menjadi media online, dunia semakin modern dan berkembang. Bagi para pelaku industri media di Indonesia, perkembangan media bagi pelaku industri media ternyata membawa dampak negatif salah satunya akan terjadi penurunan oplah penjualan media cetak. Hal ini dikarenakan media cetak dianggap oleh masyarakat kurang praktis dibandingkan media online yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja, tentu hal ini menjadi tugas besar bagi pelaku industri media cetak untuk mempertahankan eksistensi media cetak.
 Dari pengamatan yang saya amati untuk mempertahankan eksistensinya, media cetak harus melakukan inovasi seiring perkembangan jaman. Hal ini perlu dilakukan karena masyarakat selaku konsumen media cetak juga merupakan pelaku modernisme, hal ini juga dipengaruhi sifat masyarakat yang lebih mengutamakan kemudahan akses dalam mengakses berita. Seperti yang tertera diatas, contoh kekurangan media cetak dibandingkan dengan media online yaitu kurang praktisnya media cetak dengan wujud berbentuk lembaran kertas sehingga kurang nyaman untuk dibawa ataupun diakses dimana saja. Berbeda dengan media online yang dapat kita akses hanya dengan melalui internet yang dapat diakses melalui telepon genggam, sehingga lebih praktis dan nyaman dibawa dan dibaca dimana saja dan kapan saja. Selain itu media cetak juga selalu mengalami delay apabila memberitakan hot news, dikarenakan proses yang panjang dalam penerbitan media cetak. Berbeda dengan media online yang tidak memerlukan proses penerbitan sepanjang media cetak, sehingga dalam hal ini meia online lebih unggul karena tidak mengalami delay dalam memberitakan hot news. Contoh media cetak seperti yang kita ketahui yaitu koran dan majalah, ada banyak koran dan majalah di Indonesia seperti koran Sindo dan majalah Gadis.
Pada masa media online belum terlalu berkembang, angka oplah atau jumlah salinan koran atau majalah yang dijual sangat tinggi. Namun setelah media online berkembang, angka oplah media cetak semakin menurun disebabkan oleh beberapa faktor yang telah saya jelaskan diatas. Dalam hal ini saya akan membahas lebih spesifik tentang industri media cetak di Indonesia, yaitu majalah gadis dari PT Femina Group. Gadis adalah nama majalah remaja wanita yang berasal dari Indonesia yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat populer di Indonesia. Jika kita perhatikan majalah Gadis mampu mempertahankan eksistensinya sampai saat ini, tentunya ini didukung oleh berbagai inovasi yang dilakukan oleh majalah Gadis.
Sebagai pelaku industri media cetak, majalah Gadis terus mengikuti perkembangan zaman untuk melakukan berbagai inovasi pada majalahnya. Sebagai contoh, tampilan majalah Gadis dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Tampilan pada majalah Gadis dibuat semakin menarik dan berwarna untuk meningkatkan daya tarik pembaca, disamping itu majalah Gadis sebisa mungkin tidak menjadi majalah yang ketinggalan zaman. Oleh karena itu majalah Gadis mengikuti era modernisasi untuk mempertahankan eksistensinya melawan media online yang sedang berkembang dengan membuat majalah versi online. Strategi majalah Gadis dengan membuat versi online ini merupakan inovasi yang luar biasa, hal ini dibukikan dengan bertahannya majalah Gadis hingga saat ini disaat banyaknya media cetak yang gulung tikar. Sebagi seorang pelaku industri, majalah Gadis harus berpikir kreatif untuk menjaga eksistensinya. Hal ini telah dilakukan majalah Gadis dengan baik, jika pelaku industri media cetak bisa memanfaatkan perkembangan teknologi dengan baik maka hal ini juga dapat membeeri dampak positif yang baik untuk media cetak.

REFERENSI








Riset Data Majalah Gadis






GADIS adalah nama majalah remaja wanita yang berasal dari Indonesia yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat populer di Indonesia. Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Femina Group. Selain edisi cetaknya, tersedia juga edisi daring. (Sumber: wikipedia)


Diolah dari sumber:

Contoh Press Release: Emina Creamy Tint

Idola Baru Untuk Lip Lovers: Emina Creamy Tint, dengan Formula Soft dan Longlasting Sebagai make up brand yang populer, Emina kembali mel...